Monday, October 12, 2015

Belajar Manajemen Waktu



Saya punya kesan yang dalam dengan Aceh. Pertama karena itu harus saya tempuh dengan angkutan umum selama 14 jam. Yang kedua saya disadarkan tentang nikmatnya membaca Al-Qur’an secara tartil disana, oleh sahabat sekaligus guru saya, Bapak Adam Malik Ridwan Siregar. Beliau memperkenalkan methode SQ (Sahlul Qiroah, Shilah Qiroah, Standard Qiroah) kepada saya di Aceh. Betapa saya sadari jalan hidayah – tentang membaca Al-Qur’an- harus dijemput dengan waktu yang lama, dan jarak yang jauh. Ini adalah sebaik-baiknya pemberian, ini adalah sebaik-baiknya karunia untuk saya.


Saya Nanda Koswara, tinggal menumpang orang tua di sebuah rumah perkebunan di Desa Paya Kuda, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang. Saya sebut menumpang adalah karena batas tanggung jawab orang tua kepada anaknya yang laki-laki adalah sampai dia baligh. Jadi kalau setelah baligh orang tua masih menyokong sandang, pangan dan papan saya, itu artinya saya masuk ke dalam kategori :  fakir miskin dan anak terlantar yang dipelihara oleh orang tua nya masing-masing. Maka setelah sadar akan kenyataan barusan, saya minta ke Allah SWT supaya Dia meridhai proses perubahan saya. Proses saya belajar. Mendukung saya. Menguatkan saya dalam kesulitan belajar, tanpa mengurangi nilai tantangan nya.

Pak Adam membimbing saya banyak hal, mulai dari menghitung asset, me-manage waktu, me-manage keuangan dan bahkan me-manage unsur kerapian, kebersihan dan efektifitas. Menghitung aset membuat saya menyadari bahwa saya ini tidak kurang dalam hal harta benda, karena kalau semua pakaian, gadget dan pernak-pernik milik saya itu dirupiahkan, jumlahnya akan lumayan. Lumayan buat bayar hutang maksudnya.

Me-manage waktu membuat saya bisa produktif. Kelelar-keleler adalah bagian dari saya sebelum membuat jadwal aktifitas, Kelelar-keleler adalah tidak tahu apa yang mau dikerjakan, semuanya terasa cukup padahal berantakan. Ketahuan berantakan biasanya sesaat sebelum pekerjaan itu diperlukan. Misalnya saya punya kewajiban menulis postingan di sebuah website, postingan tersebut tidak akan benar-benar terbit karena saya lalai dan agak melupakannya. Jadwal yang tertulis dan terencana dengan baik akan membantu saya disiplin. Benar-banar membuat saya harus mematuhi jadwal yang saya sendiri menuliskannya. Saya jadi tahu setelah melakukan A saya harus melakukan B, setelah melakukan C saya harus mempersiapkan D. Melakukan A pukul sekian, melakukan B pukul sekian. Ini tidak akan “bekerja” sebelum kita benar-benar mematuhi jadwal yang kita tulis sendiri.

Ini contoh jadwal saya :
  
WAKTU
JENIS KEGIATAN
04.00 - 05.00
Qiyamul Lail, makan sahur, tilawah 1 lembar
05.00 - 06.00
Shubuh berjamaah di Masjid & tilawah 1 lembar
06.00 - 06.30
Birrul walidain
06.30 - 07.00
Beres-beres & Cek HP
07.00 - 08.00
Berangkat mengajar & antar Hafiz ke Sekolah
08.00 - 10.50
Mengajar dengan sungguh-sungguh
10.00 - 10.30
Qailullah/ Tidur siang
11.50 - 12.15
Mengajar dengan sungguh-sungguh
12.15 - 13.00
Pulang, ke Masjid, shalat Dzuhur, cek HP
13.00 - 15.30
Buka Laptop, buka toko online, belajar bisnis online
15.30 - 16.30
Sholat Ashar & Tilawah 2 lembar
16.30 - 18.00
Mengajar Private
18.10 - 18.30
Menyiapkan tugas yang belum selesai
18.30 – 19.00
Sholat Maghrib
19.10 – 19.30
Tahsin Qur’an
19.30 - 20.00
Sholat Isya
20.10 - 20.40
Menyiapkan tilawah 1 Juz
20.40 - 21.30
Menyiapkan Materi
21.30 - 22.00
Belajar Mandiri (bebas) cek HP
22.00 - 04.00
Istirahat

Soal efektifitas, sekali lagi ini saya katakan bahwa sangat efektif. Ini sangat bekerja. Anda harus merasa malu kalau anda tidak bisa mematuhi sebuah jadwal, yang bahkan anda sendiri yang membuatnya.

Aplikasi mengatur arus kas dan keuangan saya memakai model yang ada pada permainan CASHFLOW nya Robert T. Kiyosaki. Disana ada 4 bilik form isian. Yaitu; pengeluaran, pendapatan, aset dan Liabilities (hutang yang harus dilunasi). Sederhananya, kita tidak akan semau-maunya menggunakan uang, kalau semua terhitung secara rigid dan jelas bagaimana uang itu datang dan kemana uang itu seharusnya pergi.

Ada lagi kelemahan saya dalam mengatur waktu. Misalnya pukul 13.00 – 15.30 adalah waktunya saya untuk Buka laptop, buka toko online, dan belajar bisnis online. Tapi pada kenyataan nya ternyata tidak demikian. Seharusnya saya benar benar buka toko online yang saya buat (mengecek notifikasi, mengupload item dagangan baru) dan belajar bisnis online secara mandiri dari situs-situs terbaik di internet. Dan kenyatannya adalah waktu 1 jam pertama saya pakai buka facebook, 1 jam lebih baca komentar, lihat timeline twitter, dan baru sisa 15 menit setelahnya baru dipakai untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan jadwal. Alhasil tidak akan jadi apa-apa sesuatu yang dikerjakan secara setengah-setengah.

Apapun profesi kita, penggunaan manajemen waktu amat sangat penting untuk menaikkan produktivitas. Penyakit saya (dan mungkin penyakit kebanyakan orang juga) ternyata bisa diatasi dengan bantuan metode Pomodoro Time. Teknik Pomodoro diciptakan oleh Francesco Cirillo di penghujung 1980. Kata pomodoro sendiri berasal dari bahasa Italia, yang berarti tomat. Dinamai demikian karena Cirillo menggunakan timer berbentuk tomat saat mengelola waktunya. Konsep teknik Pomodoro adalah mengerjakan sebuah tugas dalam blok-blok waktu 25 menit. Di antara setiap blok waktu, ada istirahat 5 menit. Setelah menyelesaikan 4 blok waktu, istirahat dapat dilakukan lebih lama.

Pomodoro timer dan kit nya dijual masing-masing 59,99 Euro dan 29,99 Euro di situs resminya. Mahal ya? Ternyata produktivitas itu memang sangat-sangat penting. Tapi tenang, ada aplikasi yang mirip Pomodoro timer dalam bentuk digital yang bisa kita download di appstore/ google play. Saya memakai ClearFocus, manfaatnya:
  • Fokus pada tugas yang sedang dikerjakan
  • Menghilangkan kebiasaan multitasking
  • Menuntaskan lebih banyak hal karena ada rasa urgensi
  • Menghindari pola pikir kesempurnaan
  • Meningkatkan daya juang (willpower) dan konsentrasi
  • Menurunkan kadar stres karena hanya mengerjakan satu hal dalam durasi waktu tertentu 




Alhamdulillah, aplikasi ini sangat membantu saya untuk fokus untuk menyelesaikan pekerjaan. 25 menit work time, break 5 menit, lanjut blok kedua 25 menit work time, sangat efisien. Disarankan gunakan 5 menit waktu break dengan aktifitas yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Misalnya mengunyah cemilan, melihat tanaman, atau keluar ruangan sebentar. Sangat tidak disarankan memakai 5 menit waktu break untuk mengulak-ulik sosmed seperti saya, haha. Salam Inspirasi.

Nanda Koswara.