Saya punya kesan yang dalam dengan Aceh.
Pertama karena itu harus saya tempuh dengan angkutan umum selama 14 jam. Yang
kedua saya disadarkan tentang nikmatnya membaca Al-Qur’an secara tartil disana,
oleh sahabat sekaligus guru saya, Bapak Adam Malik Ridwan Siregar. Beliau
memperkenalkan methode SQ (Sahlul Qiroah, Shilah Qiroah, Standard Qiroah)
kepada saya di Aceh. Betapa saya sadari jalan hidayah – tentang membaca
Al-Qur’an- harus dijemput dengan waktu yang lama, dan jarak yang jauh. Ini
adalah sebaik-baiknya pemberian, ini adalah sebaik-baiknya karunia untuk saya.
Saya Nanda Koswara, tinggal menumpang
orang tua di sebuah rumah perkebunan di Desa Paya Kuda, Kecamatan Galang,
Kabupaten Deli Serdang. Saya sebut menumpang adalah karena batas tanggung jawab
orang tua kepada anaknya yang laki-laki adalah sampai dia baligh. Jadi kalau
setelah baligh orang tua masih menyokong sandang, pangan dan papan saya, itu
artinya saya masuk ke dalam kategori : fakir miskin dan anak terlantar
yang dipelihara oleh orang tua nya masing-masing. Maka setelah sadar
akan kenyataan barusan, saya minta ke Allah SWT supaya Dia meridhai proses
perubahan saya. Proses saya belajar. Mendukung saya. Menguatkan saya dalam
kesulitan belajar, tanpa mengurangi nilai tantangan nya.
Pak Adam membimbing saya banyak hal, mulai
dari menghitung asset, me-manage waktu, me-manage keuangan
dan bahkan me-manage unsur kerapian, kebersihan dan efektifitas.
Menghitung aset membuat saya menyadari bahwa saya ini tidak kurang dalam hal
harta benda, karena kalau semua pakaian, gadget dan pernak-pernik milik saya
itu dirupiahkan, jumlahnya akan lumayan. Lumayan buat bayar hutang maksudnya.
Me-manage waktu membuat saya bisa
produktif. Kelelar-keleler adalah bagian dari saya sebelum
membuat jadwal aktifitas, Kelelar-keleler adalah tidak tahu apa yang mau
dikerjakan, semuanya terasa cukup padahal berantakan. Ketahuan berantakan
biasanya sesaat sebelum pekerjaan itu diperlukan. Misalnya saya punya kewajiban
menulis postingan di sebuah website, postingan tersebut tidak akan benar-benar
terbit karena saya lalai dan agak melupakannya. Jadwal yang tertulis dan
terencana dengan baik akan membantu saya disiplin. Benar-banar membuat saya
harus mematuhi jadwal yang saya sendiri menuliskannya. Saya jadi tahu setelah
melakukan A saya harus melakukan B, setelah melakukan C saya harus
mempersiapkan D. Melakukan A pukul sekian, melakukan B pukul sekian. Ini tidak
akan “bekerja” sebelum kita benar-benar mematuhi jadwal yang kita tulis
sendiri.
Ini contoh jadwal saya :
WAKTU
|
JENIS KEGIATAN
|
04.00 - 05.00
|
Qiyamul Lail, makan sahur, tilawah 1 lembar
|
05.00 - 06.00
|
Shubuh berjamaah di Masjid & tilawah 1 lembar
|
06.00 - 06.30
|
Birrul walidain
|
06.30 - 07.00
|
Beres-beres & Cek HP
|
07.00 - 08.00
|
Berangkat mengajar & antar Hafiz ke Sekolah
|
08.00 - 10.50
|
Mengajar dengan sungguh-sungguh
|
10.00 - 10.30
|
Qailullah/ Tidur siang
|
11.50 - 12.15
|
Mengajar dengan sungguh-sungguh
|
12.15 - 13.00
|
Pulang, ke Masjid, shalat Dzuhur, cek HP
|
13.00 - 15.30
|
Buka Laptop, buka toko online, belajar bisnis online
|
15.30 - 16.30
|
Sholat Ashar & Tilawah 2 lembar
|
16.30 - 18.00
|
Mengajar Private
|
18.10 - 18.30
|
Menyiapkan tugas yang belum selesai
|
18.30 – 19.00
|
Sholat Maghrib
|
19.10 – 19.30
|
Tahsin Qur’an
|
19.30 - 20.00
|
Sholat Isya
|
20.10 - 20.40
|
Menyiapkan tilawah 1 Juz
|
20.40 - 21.30
|
Menyiapkan Materi
|
21.30 - 22.00
|
Belajar Mandiri (bebas) cek HP
|
22.00 - 04.00
|
Istirahat
|
Soal efektifitas, sekali lagi ini saya
katakan bahwa sangat efektif. Ini sangat bekerja. Anda harus merasa malu kalau
anda tidak bisa mematuhi sebuah jadwal, yang bahkan anda sendiri yang
membuatnya.
Aplikasi mengatur arus kas dan keuangan
saya memakai model yang ada pada permainan CASHFLOW nya
Robert T. Kiyosaki. Disana ada 4 bilik form isian. Yaitu; pengeluaran,
pendapatan, aset dan Liabilities (hutang yang harus dilunasi).
Sederhananya, kita tidak akan semau-maunya menggunakan uang, kalau semua
terhitung secara rigid dan jelas bagaimana uang itu datang dan kemana uang itu
seharusnya pergi.
Ada lagi kelemahan saya dalam mengatur
waktu. Misalnya pukul 13.00 – 15.30 adalah waktunya saya untuk Buka
laptop, buka toko online, dan belajar bisnis online. Tapi pada kenyataan nya
ternyata tidak demikian. Seharusnya saya benar benar buka toko online yang saya
buat (mengecek notifikasi, mengupload item dagangan baru) dan belajar bisnis
online secara mandiri dari situs-situs terbaik di internet. Dan kenyatannya adalah
waktu 1 jam pertama saya pakai buka facebook, 1 jam lebih baca komentar, lihat
timeline twitter, dan baru sisa 15 menit setelahnya baru dipakai untuk
mengerjakan sesuatu sesuai dengan jadwal. Alhasil tidak akan jadi apa-apa
sesuatu yang dikerjakan secara setengah-setengah.
Apapun profesi kita, penggunaan manajemen
waktu amat sangat penting untuk menaikkan produktivitas. Penyakit saya
(dan mungkin penyakit kebanyakan orang juga) ternyata bisa diatasi dengan
bantuan metode Pomodoro Time. Teknik
Pomodoro diciptakan oleh Francesco Cirillo di penghujung 1980. Kata pomodoro sendiri berasal dari bahasa Italia, yang berarti
tomat. Dinamai demikian karena Cirillo menggunakan timer berbentuk tomat saat mengelola waktunya. Konsep teknik Pomodoro adalah mengerjakan sebuah tugas dalam blok-blok waktu
25 menit. Di antara setiap blok waktu, ada istirahat 5 menit. Setelah
menyelesaikan 4 blok waktu, istirahat dapat dilakukan lebih lama.
Pomodoro timer dan kit
nya dijual masing-masing 59,99 Euro dan 29,99 Euro di situs resminya. Mahal ya? Ternyata produktivitas
itu memang sangat-sangat penting. Tapi tenang, ada aplikasi yang mirip Pomodoro
timer dalam bentuk digital yang bisa kita download di appstore/ google play.
Saya memakai ClearFocus, manfaatnya:
- Fokus pada tugas yang sedang dikerjakan
- Menghilangkan kebiasaan multitasking
- Menuntaskan lebih banyak hal karena ada rasa
urgensi
- Menghindari pola pikir kesempurnaan
- Meningkatkan daya juang (willpower) dan
konsentrasi
- Menurunkan kadar stres karena hanya mengerjakan
satu hal dalam durasi waktu tertentu
Alhamdulillah,
aplikasi ini sangat membantu saya untuk fokus untuk menyelesaikan pekerjaan. 25
menit work time, break 5 menit,
lanjut blok kedua 25 menit work time, sangat
efisien. Disarankan gunakan 5 menit waktu break dengan aktifitas yang tidak ada
hubungannya dengan pekerjaan. Misalnya mengunyah cemilan, melihat tanaman, atau
keluar ruangan sebentar. Sangat tidak disarankan memakai 5 menit waktu break
untuk mengulak-ulik sosmed seperti saya, haha. Salam Inspirasi.
Nanda Koswara.